11.1.15

Kamu.

"Kenapa masih baik?", tanyaku terperangah.

"2 alasan."

.....

"Aku ngutip kata2 Shinichi"

"Berbuat baik tak perlu alasan.....", kataku, nyaris seperti bisikan. Dia mengangguk. Aku menengadah, mencari jawaban untuk alasan kedua.

"Yang kedua. Karena sayang? Apalagi.", sang pengharap berkata pasrah. Lalu dia mendekapku. Aku tak ingat, dia ternyata sehangat ini.

Aku tertatih memilih kalimat mana yang harus kulontarkan.

"Jangan peluk, nanti aku nangis."

Atau....

"Peluk lebih lama, supaya aku bisa puas menangis."

Pada akhirnya tak ada yang kulontarkan. Aku hanya menjawab segalanya dengan tangis. Lemah dasar. Dan dia malah berkata, "I love you." Ya, aku menangis. Lama. Kencang.

Keputusan hati terbodoh sepanjang hidupku. Keputusan paling irrasional. Dan otak tak kuasa berbuat apa-apa. Dasar bodoh, untuk apa sekolah lama-lama kalau otak bisa semudah itu kalah dengan hati?

Wahai pengharap terindah, kutuk aku atas hari gelap ini. Kutuk aku sampai kau puas, sampai kau kuat. Tenang, aku akan mati mengenaskan dalam penyesalan. Dan kau akan hidup dalam lautan kebaikan yang berbalik padamu.

No comments:

Post a Comment