18.4.14

Dewasa

Dewasa itu bukan masalah umur, tapi masalah apa yang ada di otak dan hati lo. Dewasa itu bukan tentang udah segede apa badan lo, tapi tentang udah segede apa masalah yang pernah lo hadapi. Sekali lagi ditekankan, yang pernah lo hadapi, bukan yang pernah lo hindari. Dewasa bukan tentang apa yang jadi masalah, tapi bagaimana menyelesaikan masalah. Pertanyaan hari ini, apakah lo udah bisa disebut dewasa? Apakah gue udah bisa disebut dewasa?

Dari sisi perilaku dan pemikiran, gue selalu menempatkan diri gue di sisi belum dewasa. Entah karena terlalu takut menginjak masa kedewasaan, entah karena emang seperti inilah gue. Karena menurut gue, menjadi dewasa itu menakutkan, melelahkan, terlalu banyak yang dipikir. Ga ada sisi enaknya sama sekali. Terkadang bertingkah dan berpikir layaknya bocah membuat segalanya lebih mudah. Nyokap selalu bilang, gue gapernah berubah dari dulu. Walaupun gue udah merantau *padahal di Bogor doang*, nyokap tetep bilang gue masih aja kayak bocah. Gue belum mandiri, gue masih gapunya inisiatif, gue pemalas kelas berat. Salah seorang teman juga pernah bilang, gue itu bebal, gamau berubah menjadi yang lebih baik. Sekedar klarifikasi aja sih, gue bukannya gamau berubah, gue cuma belum bisa berubah dan meninggalkan zona nyaman gue. Selama gue masih punya tempat bersandar, kenapa gue harus bertingkah dewasa?

Sebenernya gue punya kok secuil sisi dewasa di otak dan hati gue yang gamau gue buka. Picisan masalah gue di masa lalu sebenernya sudah cukup membentuk kepribadian dan pola pikir gue sekarang. Jadi kalo gue mau buka sisi dewasa gue itu, bisa aja gue jadi anak yang dewasa sebelum waktunya. Tapi gue gamau. Jadi ya kayak ginilah gue sekarang. Plegmatis mutlak yang ga peka sama keadaan sekitar dan cenderung kekanak-kanakan. Sifat ini terkadang menguntungkan sih, membuat gue gausah terlalu banyak berpikir tentang kehidupan. Tapi kenyataannya, lama-kelamaan kedewasaan itu menjadi tuntutan wajib. Masalah-masalah hidup udah ga simple lagi tsah. Udah gabisa cuma gue biarin lewat tanpa dipikir. Udah gabisa bergantung sama motto "yaudahlah ya gimana entar".

We are the reckless and the wild. We are naïve and complicated. We are lucky. Before the bitterness taste of the time turn us into adults.

Sekali lagi, menjadi dewasa itu emang ga enak. Tapi bagaimanapun juga harus dijalanin kalo lo mau bertahan hidup dan membuat hidup lo menjadi lebih baik. Karena hidup itu bukan hanya untuk dijalani sekarang dan hari ini, lo punya masa depan yang menunggu. Walaupun ga ada perubahan signifikan dari cover gua, tapi sebenernya lingkungan, masalah, kebutuhan, dan pola pikir gue udah berubah drastis dibanding gue pas SMA. Walaupun nyokap bilang gue gapernah berubah, tapi sumpah, sebenernya gue lagi dalam proses pendewasaan diri kok. Mungkin ga sejelas proses pendewasaan orang lain, tapi di dalem gue berusaha kok.

Jadi jawaban untuk pertanyaan hari ini, apakah gue sudah bisa disebut dewasa? Jawaban gue adalah belum. Gue masih di jalan, masih on the way menuju sesuatu yang namanya dewasa. Masih berusaha untuk berani keluar dari comfort zone. Masih dalam tahap memulai untuk memikirkan hidup dan masa depan. Gimana dengan kalian?

No comments:

Post a Comment