18.10.14

The Fault in Our Stars

Halo. H-3 UTS. Ups, ralat. H-2. Ternyata sekarang sudah pukul setengah 1 dini hari.

Kalo diliat dari judul post kali ini....telat banget gak sih ngebahas film yang absolutely-sad-yet-so-incredibly-beautiful ini. Baru banget nonton film yang sempet booming beberapa bulan lalu. Film yang dulu gue lewatin gitu aja dengan pikiran "ah, klise". Film yang mengisahkan perjuangan hidup para penderita kanker; tentang mereka yang tidak memiliki keabadian, tetapi memiliki satu sama lain; tentang kisah cinta yang sudah sangat jelas akhirnya, kematian. Film yang sekarang bikin gue bercucuran air mata. Yang bisa gue yakinin, bukunya pasti jauh jauh jauuuuuuuuuh lebih menawan dari filmnya. Mungkin as soon as possible, gue akan membaca bukunya.

Jatuh cinta sama film ini. Sama ceritanya. Dan semua kata-katanya.
"Depresi bukanlah gejala untuk penyakit kanker. Depresi adalah gejala untuk manusia sekarat"
"Hal yang lebih mengenaskan dibanding mengidap kanker? Menjadi orang tua dari pengidap kanker"
"Hal yang paling kutakuti? Menjadi pelupa. Aku bermaksud membuat hidupku menjadi luar biasa dan diingat. Akan menjadi hal yang sangat mengjengkelkan bila aku menjadi pelupa" 
"Aku hanya mau bilang akan ada waktu dimana kita semua akan mati. Waktu itu bisa saja besok, atau 100 tahun lagi dari sekarang. Dan ketika waktu itu datang, kita tidak akan diingat seperti Muhammad Ali, Kleopatra, dan lainnya. Dilupakan itu sesuatu yang tidak bisa dihindarkan. Jadi bila kau takut dilupakan, abaikan saja. Tuhan juga tahu, itu yang semua orang lakukan"
"Kalau kau mau merasakan indahnya pelangi, kau harus mau melewati hujan" 
"Aku jatuh cinta padamu, Hazel Grace. Dan aku tahu kalau cinta itu hanyalah sebuah teriakan dalam kehampaan, dan pelupaan itu tak terhindarkan, dan bahwa....suatu hari....semua usaha kita akan berubah menjadi debu. Dan aku tahu, matahari akan menelan satu-satunya bumi yang kita miliki. Dan aku jatuh cinta padamu. Maaf:)" 
"Probably 'okay' will be our 'always'.
"Andaikan risotto ini manusia, aku akan membawanya ke Las Vegas dan menikahinya"---------- "Kau tahu? Aku rasa aku setuju tentang ide Las Vegasmu. Aku boleh ikut?"
"Kau selalu ingin dikenang dan dicintai semua orang, Augustus. Bisakah kau lebih bersyukur? Yang kau punya hanya aku, keluargamu, dan dunia ini. Sudah. Apa itu tidak cukup? Apa itu masih kurang?" 
"Walaupun beberapa tahun lagi ada pasukan dokter yang datang dan menawariku mata robot, aku akan menolaknya. Karena aku tak akan kuat untuk melihat dunia tanpamu, Augustus. Well, mungkin aku akan tetap menerimanya. Mata robot! Kau tahu betapa kerennya itu" 
"Aku bukan ahli matematika, tapi aku tahu hal ini. Ada angka tak terhingga di antara 0 sampai 1. Kau tahu, seperti 0.1, 0.12, 0.112, dst. Dan tentunya ada angka tak terhingga yang lebih banyak lagi diantara 0 dan 2, 0 dan satu juta. Selalu ada yang lebih tak terhingga dari tak terhingga yang lain. Dan kau Augustus Walter, aku mencintaimu selamanya. Terimakasih untuk hal-hal tak terhingga, tak terbatas, di dalam waktuku yang terbatas" 
"Dan sekarang aku sadar, kata-kata pengantar dalam sebuah pemakaman, bukanlah dimaksudkan untuk orang yang mati, tapi untuk orang-orang yang hidup dan ditinggalkan"
"Aku orang baik, tetapi aku adalah penulis yang buruk. Dan kau, Van Houtten, kau adalah orang yang sangat buruk, tapi kau penulis yang baik. Kita bisa membuat kolaborasi yang sangat menakjubkan. Aku sudah berusaha menulis kata-kata untuk pemakaman Hazel, bisakah kau baca dan memperbaikinya? Ketika semua orang berharap untuk dikenang dan dipuja oleh semua orang, Hazel Grace malah merasa cukup dikagumi oleh satu orang. Mungkin Hazel Grace tidak dicintai secara liar, tapi dia dicintai secara mendalam."
"Pain demands to be felt
 Masih banyak lagi sih kutipan-kutipan yang gue suka.

Ketika kematian udah menjadi hal yang mutlak dan sangat jelas di depan mata. Ketika bahkan lo bikin gladi resik acara pemakaman lo sama orang-orang yang lo sayang, orang-orang yang senasib dan sepenanggungan sama lo. Ketika kehidupan definitely just a joke. Gue ter-amaze sama jalan pikiran Hazel tentang orang tuanya. Tentang gimana doi mikir dan takut, kalau doi mati, doi gamau orangtuanya jadi orang gila yang setiap hari cuma bengong depan tembok ngeratapin nasib dan jadi gapunya kehidupan. Gue ter-amaze sama gimana Augustus bisa setegar itu ngejalanin hidup dan terlihat kayak 'hey so what? I'm still alive, kenapa kita ga seneng-seneng aja selagi sempat?"

Hidup gapernah adil. Ga akan pernah adil. Mau lo nyembah-nyembah, guling-gulingan, mohon-mohon ke Tuhan, tetep aja hidup itu ga akan pernah adil. Karena Tuhan Maha Adil. Bukankah bisa disebut adil jika semua orang di dunia ini merasa hidup itu tidak adil? Haha, paradoks. Apa salahnya bersyukur dengan keadaan saat ini? Apa salahnya bersyukur dengan segala keterbatasan yang ada?

Rasanya pas nonton ini, kayak gue dibanting lagi ke masa-masa abege. Masa-masa 'duh-mau-punya-pacar-yang-giniginigini'. Tapi edisi lebih dewasa. Bukan, bukan lagi bentuk fisik sempurna yang diidam-idamkan. Bukan lagi dompet super tebel. Bukan lagi mobil yang bisa anter jemput. Tapi dia yang bisa menjadi teman hidup. Dia yang bisa melakukan hal-hal gila bersama lo. Dia yang berusaha ngeraih semua impian (sekalipun impian itu terlalu liar dan nyaris mustahil) bersama lo. Dia yang akan mencari lo ketika terjadi sesuatu. Dan dia yang akan lo cari ketika terjadi sesuatu. Dia yang bisa berkomunikasi. Karena semua orang tahu, reaksi kimia yang dinamakan 'cinta' itu ga akan bertahan lama. Ketika lo tua nanti, ketika lo dan pasangan lo udah kakek-nenek nanti, yang ada bukan lagi cinta. Tapi kasih sayang, dan tentunya komunikasi. Karena pas tua nanti, pas lo cuma bisa duduk dan ga lagi kuat buat jalan, yang lo butuhkan adalah teman hidup yang bisa berbagi dan nemenin lo ngobrol seharian.

Dia yang apa adanya. Dan dia yang melihat lo apa adanya. Nope, gue ga sehebat Mas Tulus yang justru menolak untuk dicintai apa adanya. Kadar egois gue masih terlalu tinggi untuk nurut sama orang yang menuntut gue untuk jadi seperti yang mereka pinta. Gue ya gue. Lo ya lo. Apa lagi yang harus diubah? We were born this way.

Pukul 2:11 AM. Makin jauh makin ngelantur. Dialog--uhm atau mungkin lebih cocok disebut monolog--dini hari ini rasanya harus dihentikan. Selamat pagi:)







P.S : I miss you, K. So much.

No comments:

Post a Comment